Jumat, 03 Desember 2010

Broken Heart

Doushitte?????
Kimi wo suki ni natte shimattan darou.....


Mungkin lagu ini memang tepat untuk menggambarkan situasi hidupku.
Kenapa aku jatuh cinta kepadamu?
Perasaan ini tumbuh setiap harinya.....
Aku pikir bahwa kita akan bisa bersama.....tapi ternyata yang kau pilih adalah jalan yang berbeda...
Ya.....ku pikir kita akan bisa bersama. Tapi ternyata?
Itu semua memang hanya sebuah khayalan. Sejak dulu hingga esokpun semua itu hanya akan menjadi sebuah khayalan bagiku. Aku tahu kita, aku dan dirimu begitu berbeda. Aku tak mungkin bisa menggapai dirimu. Aku sadari itu. Kau juga tak akan mau menoleh padaku yang seperti ini. Aku mengerti itu. Tapi kenapa hati ini tetap terasa sakit bila menyadari perasaanku padamu hanya akan sia – sia saja? Hatiku terasa amat perih bila aku melihat kau begitu bahagia bersama orang lain. Sedangkan diriku? Diriku disini merana karena dirimu. Tahukah kau akan hal itu?
Aku menyadari bahwa ini semua bukan salahmu. Aku menderita seperti ini memang bukan karena kesalahanmu. Aku menyadari sepenuhnya bahwa penderitaan dan rasa sakit ini sepenuhnya tercipta karena diriku sendiri. Kesalahanku karena tak bisa mengendalikan perasaanku padamu. Tapi kalau sudah terlanjur seperti ini, lalu aku harus bagaimana? Aku tak mampu untuk berfikir, sekedar untuk mencari cara agar luka hatiku tak semakin dalam.
Tahukah kau bagaimana menderitanya melihat orang yang kau cintai tertawa bahagia bersama orang lain di depan mata kepalamu sendiri?
Tahukah kau bagaimana sakitnya bila keberadaanmu di acuhkan oleh orang yang selama ini kau desahkan namanya di setiap hembusan nafasmu?
Tahukah kau bagaimana hancurnya perasaanmu bila orang yang selama ini kau puja dan kau rindukan keberadaannya ternyata tak mengenalmu, bahkan sama sekali tak menyadari keberadaanmu??
Bukankah semua itu begitu menyakitkan?
Tapi apa boleh buat??
Inilah resiko orang yang jatuh cinta dan mencintai orang yang tak sepadan dengan kita. Benar?
Meskipun begitu, aku akan tetap mendo’akan yang terbaik bagi dirimu. Orang yang begitu aku cintai, semoga kau bahagia dengan siapapun nanti kau menjalani hidupmu. Aku akan terus mendo’akan semoga kau akan terus tersenyum meskipun disini aku menangis perih karena mu.

Soredemo....
Kimi ga boku no soba hanareteite mo
Eien ni kimi ga shiawase de iru koto tada negatteru
Tatoe sore ga donna ni sabishikute mo....sabishikute mo...

FF geje.....o.O

FANFICTION

IS IT TRUE THAT I LOVE HIM?


Bye : ALFA ULFIANA



Sebuah kisah romantis yang coba di buat oleh gadis yang masih amatiran dalam dunia menulis.
Gadis ini mencoba menyajikan tentang kisah seorang gadis remaja yang kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan pesawat. Cerita fiksi yang amat singkat ini akan menceritakan sekelumit cerita cinta gadis remaja yang di penuhi dengan air mata(lebay!)
Okey….marilah kita baca bagaimana kisah gadis remaja itu. Selamat menikmati…(lu kate makanan heh? =.=a )

Is It True That I love Him?

Annyeong……ini FF Alfa yang pertama….jadi, jeongmal minhaeyo kalo FFnya geje banget. Oh iyaa…disini marganya Park Ji Yeon aku ganti ma Kim, hehe..so, namanya berubah jadi Kim Ji Yeon, gag pa pa yah? hehe…harap maklum….(reader: ape lu kate?).. Okey….gag usah kebanyakan cing – cong. Langsung aja yah?
Check this out……


Author : Alfa Ulfiana
Rating : PG-13
Genre : Romance

Cast:

Park Ji Yeon as Kim Ji Yeon
Kim Jun Su as Kim Jun Su
Park Yoochun as Park Yoochun
Lee Na Young as Lee Na Young
Go Ah Ra as GO Ah Ra
Park Jung Soo as Yoochun’s Father
Park Yong Sun as Yoochun’s Mother




Andai kau tahu perasaanku ini oppa….andai saja kau tahu…..
“Ji Yeon?ayo pulang!” Junsu tiba – tiba telah berdiri di hadapanku sambil memamerkan senyum manisnya. Dia mengulurkan tangan untuk membantuku berdiri dari bangku yang sedari tadi aku duduki. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Aku menghela nafas dan mulai berjalan beriringan dengannya.
“Ji Yeon-ah?” Jun Su memanggilku pelan.
“ne?” Aku menjawab tanpa memalingkan wajahku dari jalan yang terbentang di hadapanku.
“maukah malam ini kau menemaniku pergi?” Junsu mengucapkan kalimat itu seperti sedang berbisik.
“Mwo?” Aku menoleh ke arah Junsu dan memiringkan kepalaku dengan heran.
“hehehe… Aku ingin mencari kado untuk Eomma ku, lusa dia akan ulang tahun dan Aku belum menyiapkan kado apapun untuknya. Jebal……” Junsu mengatupkan kedua tangannya di depan wajahnya yang tertunduk. Aku tersenyum geli melihatnya. Junsu memang sangat lucu. Aku sudah berteman dengannya sejak Aku pertama kali pindah ke Seoul 3 tahun yang lalu. Kami pertama kali bertemu saat sedang berada di sekolah. Saat itu Junsu menabrak ku yang tengah berjalan kebingungan mencari kelas baruku.

Flash Back
“ah….mian…aku tak melihatmu.gwaenchanayo?” Junsu membungkukkan badan dan kemudian membantuku yang jatuh terduduk untuk berdiri.
“hem…gwenchana” Aku menyambut uluran tangan Junsu dan kemudian berdiri lalu menepuk – nepuk rok ku yang sempat mencium lantai.
“ Kau murid baru disini?” Tanya Junsu tiba – tiba membuatku terkejut.
“ eh?bagaimana kau bisa tahu?” tanyaku heran.
“ ah…itu karena Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Kim Junsu imnida”kata Junsu sambil membungkukkan badan.
“ah…. Kim Ji Yeon imnida” balasku sambil membungkukkan badan dengan perasaan heran.
“ baiklah Ji Yeon….ah….tak apa Aku panggil Ji Yeon?”Junsu tersenyum melihatku menggelengkan kepala dengan ragu.
“Aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu lagi….” Junsu kemudian berjalan cepat meninggalkanku. Aku menghela nafas panjang dan saat Aku baru akan membalikkan badan,tiba – tiba Junsu memanggilku.
“ne?” jawabku dengan terkejut.
“ Kau kelas berapa?” Junsu bertanya sambil berteriak.
“ Aku?Aku kelas IIB” jawabku dengan suara agak keras. Junsu tersenyum lalu berkata…
“ Aku kelas IIA. Sampai bertemu lagi Ji Yeon….” Junsu berteriak dengan wajah ceria. Aku hanya bisa bengong melihat tingkahnya. Orang yang aneh!
End Of Flash Back

Ya, itulah awal dari perkenalanku dengan Junsu. Dan sekarang Aku telah lebih dari 3 tahun bersahabat dengannya, Sejak kami masih kelas II SMP hingga sekarang saat kami sudah kelas II SMA. Kami bersekolah di SMA yang sama dan berada di kelas yang sama pula. Junsu lah yang selama ini menghiburku dan mengajak ku bermain. Dia selalu berusaha membuatku melupakan kesedihan akibat kecelakaan pesawat yang telah membuat kedua orang tua ku meninggal yang hingga akhirnya Aku pindah dari pusan ke Seoul dan kemudian tinggal bersama Bibi Yong Sun dan keluarganya.
“Baiklah Ji Yeon, Aku jemput jam 7 ya?” kata Junsu saat kami telah sampai di depan rumah Bibi Yong Sun.
“ Ne” Aku mengangguk dengan pasti dan tersenyum. Aku melambaikan tangan melihat Junsu pergi. Kemudian Aku berjalan memasuki rumah.
“ Aku puulaaang…” Aku membuka pintu dan masuk ke dalam rumah dengan lemas.
“ Kau sudah pulang? Cepatlah ganti seragammu dan mandi. Bibi sudah menyiapkan puding yang enak untukmu.” Bibi berkata sambil tersenyum.
“ Gomawo Ahjumma…” Aku cepat – cepat menaiki tangga menuju kamarku yang berada dilantai 2. Saat Aku baru akan akan membuka pintu kamarku, tiba – tiba seseorang menyapaku.
“ Baru pulang Ji Yeon-ah?” Jantung ku tercekat. Aku membalikkan badanku dan mendapati Yoochun Oppa terlihat sedang sibuk memakai dasi.
“ Ne” Jawabku sambil tersenyum gugup.
“ Oppa mau pergi?”Aku bertanya sambil terus mengamati sosok Namja di depan ku ini.
“ Ah,…ne” Jawabnya sambil tetap sibuk merapikan penampilannya. “ aku akan menghadiri pesta ulang tahun teman ku, jadi Aku tidak akan ikut makan malam dan juga akan pulang telat malam ini.” Jawabnya sambil melemparkan senyum simpulnya pada ku.
Deg! Jantung ku berdebar saat mata ku bertemu dengan matanya. Aku menunduk menyembunyikan wajah ku yang memerah.
“ Aish……kenapa dasi ini tidak juga bisa rapi?” Dia mengeluh mendapati bayangan dirinya pada cermin di samping puncak tangga.
“ Ji Yeon-ah?bisakah kau membantuku membetulkan dasi sialan ini?dari tadi Aku kesulitan untuk merapikannya!” Yoochun Oppa mendesah frustasi memandang bayangan dirinya pada cermin.
“ Hah?MWO?” Aku tak bisa mengontrol kata – kata yang keluar dari mulutku.
Yoochun Oppa menoleh dan menatapku dengan heran. “ Ne,maukah Kau membetulkan dasi ku ini? Aku sudah frustasi untuk membetulkannya. Sebentar lagi Aku harus berangkat! Dan sepertinya ……” kata – kata Yoochun Oppa terputus saat tiba – tiba tanpa sadar Aku mendekatinya dan meraih dasi yang melekat di lehernya. Aku memperbaiki letak dasinya dalam diam. Aku tak berani menatap maupun berbicara dengan Yoochun Oppa. Aku tak berani mengangkat wajah ku sama sekali.Jantung ku berdegup kencang! Wajah ku benar- benar terasa panas. Hembusan nafas Yoochun Oppa hangat menggelitik wajah ku. Aigoo…..Aku bisa pingsan kalau terus begini! Aku memaku pandanganku ke depan, ke dasi yang sedang Aku pegangi. Aku rasakanYoochun Oppa sedang menatapku.
“ Yosh!selesai!” Aku berkata sambil melepaskan tanganku dari dasi yang sedari tadi ku pegang. Aku menunduk dan menghembuskan nafasku kuat – kuat.
“ Gomawo Ji Yeon-ah” Yoochun Oppa mengamati bayangan dirinya di cermin dan tersenyum puas lalu berbalik dan tersenyum sambil mengacak – acak rambutku.
“ Lain kali Aku akan bilang pada teman – temanku untuk mengadakan pesta tanpa harus mengenakan pakaian seformil ini. Membuatku susah saja!” Yoochun Oppa mengeluh sambil menuruni tangga. Aku menyandarkan tubuhku yang lemas ke dinding setelah Yoochun Oppa berada di bawah.
Huh!lama –lama Aku tidak akan kuat menahan perasaanku ini. Kenapa harus seperti ini sih? Aku memukul dinding dengan kesal lalu kemudian masuk kamar dan membanting tubuhku ke ranjang. Pikiranku berputar – putar. Aku mengingat – ingat awal kedatanganku di Seoul, di rumah ini, dan awal perasaan ini tumbuh.

Flash Back
Saat itu Aku begitu murung ketika Bibi Yong Sun dan Suaminya(Paman Jung soo) mengajakku ke seoul dan tinggal di rumah mereka. Bibi Yong Sun adalah teman dari kedua orangtuaku. Beliau dan Suaminya langsung mengambil inisiatif untuk merawatku begitu tahu kedua Orangtuaku meninggal dan Aku hidup sebatang kara. Aku masih benar – benar merasa bingung dan sedih saat Bibi Yong Sun mengajakku tinggal di rumahnya. Bibi Yong Sun mengajakku ke rumahnya dan memperkenalkanku pada putra semata wayangnya.
“ Park Yoochun imnida, manasseo bangapseumnida” saat itu Aku hanya diam saja saat Yoochun Oppa memperkenalkan dirinya.
“ Yoochun ini sekarang siswa kelas III SMA, jadi kau bisa memanggilnya Oppa” Bibi berkata padaku sambil menepuk pundak Yoochun Oppa. Yoochun Oppa hanya tersenyum saat Ibunya menjelaskan tentang dirinya. Saat itu Aku hanya berpikir bahwa umur Kami selisih 4 tahun karena saat itu Aku masih duduk di kelas II SMP. Setelah 2 bulan Aku tinggal bersama keluarga Bibi Yong Sun , Aku pun mulai merasa betah dan akrab dengan Yoochun Oppa. Ditambah lagi di sekolah pun Aku mendapat sahabat baru. Junsu!
Flash Back End

Ya…. Aku dan Junsu memang dekat. Kami berangkat dan pulang sekolah bersama – sama karena kebetulan rumah Junsu searah dengan rumah Bibi Yong Sun. Aku merasa bahagia dengan kehidupan baruku hingga tanpa Aku sadari perasaan ini telah muncul. Perasaan yang sebenarnya Aku sesali keberadaannya. Ya,..perasaanku pada Yoochun Oppa yang …..entah sejak kapan telah muncul!
****************************************************************************************

Aku segera turun ke meja makan begitu selesai mandi dan berganti baju. Di sana, Bibi Yong Sun sudah menanti ku dengan sepiring pudding yang terhidang di meja. Bibi Yong Sun tersenyum melihatku .
“ Mian Ahjumma, Aku begitu lama di atas” Kataku sambil membungkukkan badan dengan perasaan tidak enak.
“ah…gwaenchana, cepatlah makan puding ini” Bibi Yong Sun mendorong piring berisi puding yang telah disiapkannya sejak tadi. Aku duduk dan memakan pudingku dengan perlahan. Bibi yong Sun melihatku sambil tersenyum. Aku memandang Bibi Yong Sun dan bertanya
“ Ada apa Ahjumma?” Bibi hanya menggeleng sambil tersenyum.
“ Kamu ini manis sekali Ji Yeon. Dari dulu Bibi ingin sekali punya anak perempuan yang sangat manis sepertimu” Bibi berkata sambil memegangi daguku. Aku hanya tersenyum.
Sebenarnya dulu, Ahjusshi dan Ahjumma pernah memintaku untuk memanggil mereka Appa dan Eomma. Namun Aku tidak bisa melakukannya. Aku merasa itu benar – benar sulit. Dan mereka tidak memaksa ku. Mereka akan menunggu ku sampai Aku merasa siap. Mereka benar – benar menyayangi ku seperti putri mereka sendiri. Yoochun Oppa pun bersikap amat baik padaku.
“ Ahjumma?” Aku mulai bersuara setelah diam cukup lama.
“ Aku nanti tidak ikut makan malam ya? Junsu nanti mengajakku membeli kado untuk Eommanya. Jadi….” Kata – kataku terputus. Bibi Yong Sun mengelus rambutku sambil tersenyum.
“ Kau begitu dekat dengan Junsu ya? Bibi senang melihat kalian berteman baik. Huh! Berarti malam ini Bibi akan makan malam sendirian. Pamanmu besok pagi baru akan pulang dari Jepang!hhhh….” Bibi Yong Sun menghela nafas panjang dan menarik tangannya dari kepalaku. Ekspresi wajahnya seperti kecewa. Namun segera setelah itu dia tersenyum dan berkata “Bersenang – senanglah dengan Junsu malam ini. Jam berapa Junsu akan menjemputmu?” Bibi Yong Sun bertanya padaku dengan tangan terlipat di meja.
“ Hemmmm…. Dia bilang akan menjemputku jam 7,Ahjumma” Aku menjawab setelah menelan suapan pudingku yang terakhir. Bibi Yong Sun mengamati jam di dinding dan kemudian berkata dengan sedikit panik.
“ Hah? Lihatlah Ji Yeon! Itu sudah jam 6 lebih 35 menit. Kau harus segera siap – siap. Jangan biarkan Junsu nanti lama menunggumu” Bibi Yong Sun menarik tanganku dan membantuku segera berdiri. Aku hanya tersenyum dan segera menuju ke kamarku untuk bersiap – siap.
****************************************************************************************
“ Gomawo Ji Yeon-ah, Kau sudah mau menemaniku mencari kado untuk Eomma” Junsu berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan yang ada di depan. Dia tetap berkonsentrasi dengan mobil yang di kemudikannya. Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya.
“ Setelah ini, Kita mau kemana?” Junsu bertanya sambil melirik jam tangan yang di kenakannya. “ Baru jam setengah 9! Kau mau makan Ice Cream dulu?” Junsu menoleh ke arahku dan Aku tersenyum sambil mengangguk dengan semangat. Junsu tertawa kecil membuatku heran.
“ Kenapa Kau tertawa?” Aku bertanya padanya dan menghentikan senyumanku.
“ Ani, Kau terlihat lucu sekali kalau seperti itu. Kau seperti anak kecil! aku suka melihatmu seperti itu!” Wajahku langsung terasa panas. Aku malu mendengar Junsu berkata seperti itu. Junsu tertawa lagi. Aku kesal melihatnya dan kemudian Aku memukuli dan mencubiti lengannya. Junsu merintih sambil tertawa.
“ Sakit! Hentikan Ji Yeon-ah!” Junsu bergerak mencoba menghindari pukulan dan cubitanku. Aku lalu mengalihkan tanganku ke pinggangnya dan mulai menggelitiki bagian itu. Junsu tertawa geli. “ Hentikan Ji Yeon-ah! kalau begini, bagaimana Aku bisa menyetir?” Junsu bicara dengan nafas tersengal – sengal. Aku menghentikan gelitikanku. Aku membanting tubuhku di jok mobil dan melipat tanganku di dada. Cemberut! Junsu hanya tersenyum melihatku dan melajukan mobilnya dengan cepat.

*****
Hari ini Aku menemani Junsu bermain Sepakbola bersama Changmin dan teman – teman yang lain setelah pulang sekolah. Sebenarnya Aku tidak suka menonton Sepakbola. Tapi berhubung Junsu yang meminta, maka Aku pun akhirnya mau menemaninya walaupun dengan berat hati. Aku menonton Junsu di pinggir lapangan. Aku duduk sendirian di bangku panjang yang ada di pinggir lapangan. Saat menonton Junsu bermain, entah kenapa , tiba – tiba Aku jadi sangat bersemangat. Aku senang melihatnya tertawa ceria sambil berlari kesana kemari mengejar bola. Wajahnya terlihat sangat manis. Eh?apa yang baru saja Aku pikirkan? Junsu manis? manis? Aigoo….ada apa dengan ku ini? Aku menggeleng – gelengkan kepalaku agar pikiranku tadi cepat – cepat hilang. Tiba – tiba Junsu sudah berdiri di hadapanku dengan nafas terengah – engah.
“ Huh! Capek sekali!” Junsu berkacak pinggang sambil mencoba mengatur nafasnya. Aku buru – buru membuka tutup botol minuman yang telah Aku bawa dan kemudian menyerahkannya pada Junsu. Junsu terkejut. Namun kemudian segera mengmbil botol itu dan menenggak isinya sampai separuh habis.
“ Gomawo Ji Yeon-ah” Kata Junsu sambil menutup kembali botol minuman yang Aku serahkan tadi.
“ Kau tunggu disini sebentar ya? Aku ganti baju dulu.” Junsu berkata sambil menenteng tasnya dan berlari menuju ruang ganti.
Huft….pasti lama sekali menunggu Junsu ganti baju. Aku kemudian berjalan menuju gerbang sekolahku. Sebelumnya, Aku telah mengirim SMS pada Junsu bahwa Aku menunggunya di depan gerbang sekolah. Aku berdiri di depan gerbang sekolah sambil menunduk. Pikiranku melayang membayangkan seseorang yang selama 2 tahun telah mengusik hatiku.
“ Hhhh…” Aku mendesah pelan dan mengangkat wajahku ke arah kafe yang berada di seberang sekolahku. Hatiku melonjak senang saat melihat seseorang yang baru saja melintas di pikiranku,kini tiba – tiba terlihat di depan kafe itu sedang berjalan dengan wajah yang berseri – seri. Tangannya bersembunyi di balik tubuhnya yang tegap. Dia berjalan dengan cepat. Aku baru saja akan memanggilnya ketika dia memeluk seorang yeoja secara tiba – tiba dan kemudian memberikan seikat mawar cantik yang digenggamnya. Yeoja itu nampak terkejut. Namun sedetik kemudian dia tersenyum dan ….mencium pipi Yoochun Oppa? Mataku terasa panas . Perih! Aku menundukkan wajahku. Ah…..kenapa seperti ini?
“ Ji Yeon-ah…mian... Aku sangat lama. Ayo Kita pulang! Eh… Kau kenapa?” Junsu tiba – tiba sudah berada disampingku.
“ Kau kenapa Ji Yeon-ah? Kau menangis?” Junsu memandangku dengan heran karena mataku terlihat basah.
“ Ani..Aku tidak menangis. Aku hanya ….ehm…kelilipan! yah. Aku kelilipan!” Aku menjawab dengan gugup dan mengerjap – erjapkan mataku.
“ Apa mau Aku tiup?” Junsu bertanya sambil memegang kedua pipiku.
“ Ah…tidak usah” Jawabku gugup sambil melepaskan tangan Junsu dari kedua pipiku.
“ Ayo Kita pulang! Hari sudah mulai malam!” Aku berjalan meninggalkan Junsu yang bengong. “ Kau mau pulang tidak?” Aku menoleh pada Junsu yang masih diam dengan perasaan kesal.
“ Ah,ye!” Junsu kaget dan tersadar dari bengongnya lalu berjalan cepat mencoba mensejajari langkahku.
“ Ji Yeon-ah, Gwaenchanayo?” Junsu bertanya sambil mengamatiku dengan seksama.
“ Gwaenchana!” Jawabku pendek.
“ Jinja?” Junsu memepetku lagi dengan pertanyaannya.
“ Jinja!” Jawabku ketus.
“ Kalau begitu, senyum dong? Jangan cemberut teruus...” Pinta Junsu dengan manja. Aku memandang Junsu dengan kesal. Namun Aku tiba – tiba tersenyum melihat tampang imutnya.
Aigoo…. Ada apa denganku ini? Rutukku dalam hati. Aku mulai berjalan lagi dengan kesal. Aku kesal pada diriku sendiri.
“ Ji Yeon-ah……” Panggil Junsu dengan manja. Aku tak perduli. Aku terus berjalan dan Junsu mengikutiku dengan bingung.

*****
“ Ahhh…” Ku banting tubuhku ke ranjang sambil menghembuskan nafas kuat – kuat. Puuusiiiing!!! Aku menjerit dalam hati. Aku memegangi kepalaku yang terasa pening akibat pikiran – pikiran yang menggangguku sejak tadi. Siapa Yeoja itu? Kenapa dia bersama Yoochun Oppa tadi? Sedang apa mereka? Kenapa Yoochun Oppa memeluknya? Kenapa mereka tampak begitu mesra?
“ Arghhhhh…” Aku berteriak kesal karena tak bisa menjawab pertanyaan yang muncul dalam pikiranku. Uh! Kenapa jadi begini? Aku bangkit dari posisi tidurku dan duduk sambil menghentakkan kakiku ke lantai dengan sebal. Air mataku mulai menetes. Tiba – tiba saja Aku merasa kesepian. Sangat kesepian! Aku rindu dengan Appa dan Eommaku.
“ Appa….Eomma….Aku rindu pada kalian….Aku ingin bertemu….” Aku menangis tersedu memeluk boneka Teddy Bearku. Pundakku naik turun mengikuti irama tangisku.

“ Doushitte…kimi ni nan mo tsutaerare nokkattandarou…”
“ Mainichi maiba tsunotteku omoi…” Ji Yeon terkejut dan memandangi ponselnya yang bergetar di atas meja disamping ranjangnya. Ji Yeon segera berdiri dan berjalan meraih ponselnya.

Jun Su cerewet >..< Mau pergi jalan – jalan denganku? Huh! Aku mendengus membaca SMS dari Junsu. Aku segera mengetik SMS dengan cepat dan mengirimnya pada Junsu. Tidak! sent to: Junsu cerewet>.< Belum sampai 1 menit Aku membalas SMS Junsu, Ponselku kini sudah bergetar kembali.Aish! Aku membuka ponselku dengan kesal. From: Jnsu cerewet>.< ah...ayolah Ji Yeon...jebal...? Aku cepat – cepat mengetik SMS untuk Junsu. Tidak. Aku benar – benar tidak ingin pergi kemanapun hari ini. To: Junsu cerewet>.< Tanpa Aku sadari, ternyata Aku sudah berada di bawah. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sosok Bibi Yong Sun. tapi nihil. Aku tidak melihatnya. Sayup – sayup Aku mendengar suara orang sedang ngobrol dari arah ruang tamu. Aku berjalan mendekat dan betapa terkejutnya Aku saat melihat Yeoja itu. Yeoja yang berada di kafe bersama Yoochun Oppa. Yeoja yang di peluk Yoochun Oppa. Yeoja yang... tubuhku terasa mengejang. Aku diam terpaku di tempatku berdiri. “ Ji Yeon-ah, kemarilah “ Terdengar suara Bibi Yong Sun memanggilku. Yeoja itu, Dia sedang trsenyum padaku. Dia duduk di sofa didampingi Yoochun oppa yang nampak amat bahagia. Kelihatannya mereka berdua sedang asyik mengobrol dengan Paman dan Bibi sebelum Aku datang. Aku tetap diam di tempatku berdiri. Aku bingung. Aku tak tahu apa yang harus Aku lakukan. “ Ji Yeon-ah, Kau kenapa? Kau sakit?” Bibi Yong Sun mendekat dan menyentuh bahuku. Dia bertanya padaku dengan wajah khawatir. “ Ah…ani, Aku tidak sakit kok Ahjumma. Aku baik – baik saja”aku menjawab dengan terkejut. Aku melihat Paman, Yoochun Oppa dan Yeoja itu sedang menatapku dengan heran. “ Ji Yeon-ah, perkenalkan. Ini Lee Na Young” Bibi Yong Sun berjalan menuntunku menuju Yeoja itu yang kemudian langsung berdiri dan membungkukkan badan dan memperkenalkan diri. “ Lee Na Young imnida, Bangapseumnida” Na Youg Eonnie tersenyum setelah memperkenalkan diri. Cantik dan anggun! Pikirku saat Aku melihatnya sedang memperkenalkan diri. Aku menoleh kea rah Bibi Yong Sun yang ada disampingku. Bibi Yong Sun tersenyum dan mengangguk. Aku kemudian memperkenalkan diriku. “ Kim Ji Yeon imnida, Bangapseumnida” Bibi Young Sun Menuntunku duduk di sofa. Aku hanya menurut. “ Jadi, sudah berapa lama kalian berpacaran? Terdengar suara Paman bagaikan petir di telingaku. Berpacaran? Aku memandang Paman dan kemudian beralih memandang Yoochun Oppa dan Na Young Eonnie. Mereka hanya tersenyum malu ditanya seperti itu. “ Hampir sebulan Appa” Yoochun Oppa menjawab dengan wajah berseri – seri. Tangannya tampak menggenggam tangan Na Young eonnie dengan mesra. Ah…… Mataku terasa panas….uh… Aku tidak bisa seperti ini. Aku… Aku…. “ ehm…mian…” Aku tiba – tiba bersuara dan memotong obrolan Mereka berempat. “ Ne? Waeyo Ji Yeon-ah?” yoochun Oppa bertanya dengan ragu. Mereka semua menatapku dengan heran. Aku memandang Bibi Yong Sun sebentar lalu melanjutkan kata – kataku yang terputus. “ Sebenarnya Aku ada janji dengan Junsu. Kami berjanji akan pergi bersama. Jadi….” Aku menghela napas sebentar lalu melanjutkan perkataanku kembali. “ Mian….Aku haruspergi sekarang” Bibi Yong Sun dan paman Jung Soo langsung tertawa begitu Aku selesai bicara. Paman Jung Soo tertawa sambil menggeleng – gelengkan kepala, Sedangkan Yoochun oppa dan Eonnie tampak tersenyum – senyum. “ Kau ini lucu sekali Ji Yeon!’ Yoochun oppa bicara sambil tetap tersenyum. Aku heran melihat reaksi mereka semua. “ Kalau begitu tunggu apa lagi?cepatlah ganti bajumu dan bersiap – siap! Junsu akan menjemputmu?” Bibi Yong Sun bertanya dengan ekspresi serius. Tawanya yang tadi tampak, kini telah hilang. “ Ah… ani” Aku menjawab dengan gugup. Aku terkejut Bibi yong sun akan bertanya seperti ini. Aku kan tidak benar – benar ada janji dengan Junsu? Ini kan hanya alasanku supaya Aku bisa keluar dari situasi ini?ah…… “ Kami akan bertemu di tempat Kami janjian Ahjumma,” Aku berkata sambil mencoba tersenyum tenang. “ Ah…geurae….kalau begitu cepatlah ganti baju dan dandan yang cantik!” Bibi Yong Sun mengedipkan sebelah matanya padaku. Kenapa Bibi yong Sun mengedipkan matanya seperti itu? Membuatku gugup saja! Aku kemudian berdiri lalu membungkukkan badan pada mereka semua dan segera pergi ke kamarku. Hanya butuh waktu 15 menit untukku ganti baju dan bersiap – siap. Setelah berpamitan dengan keluarga Bibi young Sun dan Na young Eonnie, AKu pun melangkahkan kakiku menuju taman yang berda di dekat kompleks perumahan Bibi Young Sun ini. Aku berjalan dengan perlahan. Hampir 20 menit Aku berjalan, akhirnya Aku sampai di taman. Sebenarnya Aku bisa saja sampai di taman ini hanya dalam waktu 10 menit. Tapi entahlah. Apa mungkin karena suasana hatiku yang sedang buruk Aku jadi berjalan lebih lambat? Aku memandangi sekelilingku. Suasana disini begitu tenang dan pemandangannya pun begitu indah. Aku seperti tersadar akan sesuatu. Aku meraih ponsel dari saku celanaku dan mematikannya. Aku hanya ingin ketenangan. Batinku dalam hati. Aku memandangi pohon – pohon yang nampak segar. Ini musim semi. Semua tumbuhan tampak sangat menawan. Mereka tampak begitu indah. Aku melepas sepatu yang ku kenakan dan merasakan tajamnya ruput taman menggelaitiki telapak kakiku. Aku merentangkan kedua tanganku dan menarik nafas dengan perlahan. Aku memejamkan mata mencoba merasakan semilir angin yang bertiup lembut di telingaku. Perih! Tiba – tiba Aku ngin menangis. Aku mengenakan sepatuku kembali dan berjalan menuju bangku taman. Aku terduduk lemas di bangku yang sering aku duduki bersama Junsu. Aku menyandarkan tubuhku tanpa semangat. Mataku terpejam. Aku mencoba menahan sakit yang menyerangku. Sakit yang teramat menyikasa diriku. Sakit yang ada di sini. Di dalam hatiku. Aku tetap dengan posisi seperti ini entah sudah berapa lama. 10 menit? 20 menit?ah….aku rasa lebih! Aku merasa telah begitu lama diam dengan posisi seperti ini hingga tiba – tiba Aku mendengar suara Junsu seperti sedang berbisik di telingaku. “ Ji Yeon-ah, Gwaenchanayo?”Ak membuka mataku dan menoleh sebentar pada Junsu. Yang telah duduk di sampingku. Aku melihat Junsu sedang menatapku dengan khawatir. Aku menegakkan badanku dan kemudian tersenyum sambil menggeleng lemah. Aku menatap lurus ke depan. Aku tak tahu apa yang sedang aku lihat. Tatapanku kosong. “ Ji Yeon-ah, Gwaenchanayo?” Junsu mengulang pertanyaannya. Kedua tangannya menyentuh bahuku dan memaksa tubuhku berhadapan dengan tubuhnya. “ Ji Yeon-ah, Gwaenchanayo?ada apa?” Junsu bertanya dengan lembut. Tangannya kini memegangi kedua pipiku. Aku mencoba tersenyum dan berusaha melepaskan tangan Junsu dari kedua pipiku. Aku rasakan sentuhan Junsu di kedua pipiku menguat. “ Ji Yeon-ah? Jangan seperti ini? Katakanlah padaku. Ada apa?Aku tadi mencarimu kemana - mana dan ternyata Kau ada disini. Tadi Bibi Yong Sun meneleponku karena ponselmu tidak bisa dihubungi. Bibi yong Sun berkata padaku bahwa Kau pergi karena ada janji denganku. Dan dia bertanya apa kita sudah bertemu. Sebenarnya ada apa Ji Yeon-ah? Kenapa kau berbohong? Kita kan tidak ada janji untuk bertemu? Ada apa Ji Yeon-ah? Waeyo?” junsu menatapku dengan wajah simpatik. Aku memandang Junsu dengan sedih. Aku menggelengkan kepala perlahan. Aku menundukkan kepalaku. Tangan kanan Junsu meraih daguku dan mengangkatnya sehingga wajahku kembali menatap wajahnya. “ Ji Yeon-ah….” Junsu mendesah memohon. Aku masih mencoba bertahan. Aku tetap menggelengkan kepalaku. “ Ji Yeon-ah……” Junsu mendesah putus asa. Aku tidak kuat lagi. Pertahananku runtuh. Air mataku menetes. “ aku rindu pada Orangtuaku” kata – kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Junsu menatapku nanar. Dia meraih kepalaku dan meletakkannya di dadanya. Dia mengelus – elus rambutku dengan sayang. Aku menumpahkan kesedihanku di pelukannya. Mianhae Junsu. Aku terpaksa berbohong padamu. Aku tak bisa mengatakan bahwa Aku seperti ini karena Yoochun Oppa. Mainhae Junsu-ah. ***** 2 bulan kemudian 2 bulan setelah Aku tahu bahwa Yoochun Oppa berpacaran dengan Na Young eonnie Aku tetap berusaha bersikap wajar padaYoochun Oppa. Walaupun begitu sulit untuk bersikap seakan tidak terjadi apa – apa seperti ini di hadapan Namja yang selama 2 tahun telah mengisi hatiku dan lamunanku. Tapi Aku tidak bisa berbuat apa – apa. Aku hanya bisa memendam semuanya sendiri. Perlahan – lahan Aku mulai menyembuhkan hatiku yang luka. Aku mencoba menghilangkan pikiran – pikiran tentang Yoochun Oppa dari kepalaku. Memang sulit. Sangat sulit. Tapi sepertinya Aku mulai berhasil melakukuannya. Aku baru saja kembali dari perpustakaan dan baru saja akan masuk kelas ketika Aku melihat Junsu sedang sibuk mengobrol dengan Ah Ra. Aku diam di tempat. Junsu tampak menikmati pembicaraannya dengan Ah Ra. Entah kenapa Aku merasa sebal melihat pemandangan itu. Junsu duduk di kursinya dan tersenyum memandang Ah Ra yang duduk di sampingnya(tepatnya di kursiku>o<). Sesekali Junsu tertawa mendengar cerita Ah Ra. Aku membatalkan niatku untuk masuk kelas. Aku berbalik dan berjalan menuju toilet.
“ Sebaaalll….” Aku berteriak kecil sambil memandangi bayanganku pada cermin di toilet. Uh! Kim Junsu menyebalkaaaan…!! Go ah Ra menyebalkaaaan….!! Aku memaki – maki dalam hati.
“ Pabbooo…” Aku berteriak pelan sambil memukul kran wastavel.
“ Kau sedang apa Ji yeon-ah?” Tubuhku mengejang. Aku menoleh kesamping dan mendapati Hye Soon sedang menatapku dengan heran.
“ Ah…ani…ani…” Aku menjawab dengan senyum terpaksa. “ aku ke kelas dulu….bye!” aish…….malunya…Aku tersenyum pada Hye Soon dan buru – buru kembali ke kelas.

*****
Ji Yeon-ah, tunggu aku…” Junsu sedang membereskan buku – bukunya ketika aku berjalan meninggalkannya keluar kelas. Aku berjalan cepat. Aku tak mau pulang bersamanya. Aku kesal dengannya!uh! aku terus berjalan tanpa memperdulikan Junsu. Namun langkahku langsung terhenti begitu mendengar suaraAh Ra. Aku langsung menoleh kea rah junsu dan tampak Ah Ra sedang berdiri di hadapan Junsu.
“ Junsu, Kau mau pulang bersamaku?” Ah Ra memandang Junsu dengan wajah berharap.
“ Tapi…” Junsu terlihat ragu dan kemudian memandangku.
“ Ayolah…kau mau kan pulang bersamaku? Jebaaall….” Ah Ra memandang Junsu sambil memohon. Junsu terlihat bimbang. Namun beberapa detik kemudian Junsu mengangguk lemah. Uh! Aku menghentakkan kakiku dan mulai berjalan dengan kesal. Ih….kenapa sih gadis itu? Kenapa harus memohon – mohon seperti itu? Ah…Aku benci! Dan Junsu? Kenapa Dia mau pulang dengan nenek lampir itu?
“ Ah….sebaaaalll….” Aku berteriak putus asa. Sepi sekali jika pulang sendirian seperti ini. Biasanya Aku pulang jalan kaki sambil tertawa dan bercanda dengan Junsu. Tapi sekarang? Ah…gara – gara nenek lampir itu Aku harus seperti ini. “ siaaaallll….”

*****
Hari – hari berikutnya hubunganku dan Junsu terasa makin jauh saja. Junsu lebih sering bersama Ah Ra. Kemanapun Junsu pergi, Nenek Lampir itu pasti akan terus mengikutinya. Aku sampai merasa benar – benar muak. Berangkat dan pulang sekolah pun kini Aku dan Junsu sendiri – sendiri. Aku berangkat dan pulang sekolah sendiri sedangkan Junsu….teteeep…di temani oleh siapa lagi? Pastilah Nenek Lampir itu! Go Ah Ra!

Aku sedang berjalan lemas ketika Aku merasa ada yang memanggilku. Heh? Siapa yang memanggilku? Aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi Aku tak menemukan seseorang yang sepertinya memanggilku.
“ Ji Yeon-ah. Disini!”aku membalikkan badanku dan mendapati Ah Ra sedang bergelayut manja di lengan Junsu. Ah Ra tersenyum melihatku bengong. Aku melirik Junsu yang diam sambil menundukkan kepalanya. Oh? Jadi ah ra yang memanggilku? Mau apa Dia? Aku sedang berpikir dan menerka – nerka apa yang sebenarnya mau di lakukan oleh Ah Ra.
“ Kau pulang sendiri?” Ah Ra bertanya smbil berjalan dan menarik tangan Junsu mendekat ke arah ku. Aku melirik tangan Ah Ra yang menggenggam tangan Junsu.
“ Ne” jawabku singkat. Ini semua juga kan gara – gara Kauu…. Aku berteriak dalam hati. Entah kenapa tiba – tiba hatiku terasa panas.
“ kita pulang sama – sama saja yuk?” Ajak Ah Ra bersemangat.
“ HAH?” Aku terkejut! Pulang bersama? Apa – apaan ini?
“ ne, Kita pulang sama – sama!” Jawab Ah Ra dengan mantap. Ah Ra mengapit lenganku dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya mengapit lengan Junsu. Selama perjalanan pulang Ah Ra terus berbicara tanpa henti. Aku dan Junsu hanya sesekali saja berbicara menanggapi perkataan Ah Ra. Aku dan Junsu pun tidak saling berbicara satu sama lain. Kami terkadang hanya saling melirik tanpa saling berbicara. Huh! Aneh sekali rasanya dengan keadaan seperti ini. Aku menghentikan langkakku dan mengamati Junsu dari belakang. Tiba – tiba Junsu dan ah Ra berhenti berjalan dan menoleh padaku.
“ Ji Yeon-ah, Waeyo? Ada apa?” Ah Ra bertanya padaku dengan kening berkerut.
Aku melirik Jun Su sebentar … “ Ah…ani” Aku berjalan menyusul mereka dan berjalan beriringan. Tatapan mata Junsu tadi…ah….ani… Aku menggeleng – gelengkan kepalaku dan diam saja selama perjalanan pulang.



Aku sedang duduk – duduk di atas rumput sambil memandangi langit malam di bawah pohon yang ada di taman di samping rumah Bibi Yong Sun saat tiba – tiba Yoochun oppa sudah berada disampingku dan ikut duduk di atas rumput besamaku.
“ Kenapa belum tidur?” Yoochun Oppa membuka percakapan setelah sekian lama Kami duduk di situ dan hanya berdiam diri.
“ Aku ingin melihat pemandangan langit yang begitu indah” Aku menjawab sambil tersenyum tanpa menoleh ke arah Yoochun Oppa.
“ Kau rindu pada Orangtuamu?” Yoochun Oppa bertanya sambil menatapku.
“ Ne” Aku membalas tatapan Yoochun Oppa sambil tetap tersenyum. Entah kenapa Aku tidak merasakan perasaan sakit lagi saat Aku menatap Yoochun Oppa. Ada apa ini? Ekspresi Yoochun Oppa terlihat agak heran melihat Aku menjawab pertanyaannya sambil tersenyum.
“ Akhir – akhir ini Oppa jarang melihatmu bersama Junsu. Waeyo? Ada apa? Kalian bertengkar?” Yoochun Oppa bertanya sambil tetap memandangku. Aku menghela nafas sebelum menjawab pertanyaannya.
“ Andwae” jawabku singkat.
“ Lalu ada apa?” Yoochun Oppa bertanya dengan nada simpatik.
“ Entahlah. Mollayo. Aku tak tahu Oppa. Mungkin Junsu sedang ingin menikmati waktunya bersama pacarnya” Aku menjawab dengan lemas. Entah kenapa tiba – tiba Aku merasa sedih.
“ Pacar? Apa maksudmu? Bukankah Junsu suka padamu?” Yoochun Oppa bertanya dengan wajah bingung.
“ Ah..ani. sepertinya Junsu suka pada gadis lain” jawabku sambil menundukkan kepala
“ Ah…jinja? Kau yakin mereka berpacaran?” Yoochun Oppa bertanya dengan wajah serius. Aku hanya menggeleng lemah.
“ Jadi? Kenapa Kau berkata Mereka berpacaran?” Yoochun Oppa memepetku dengan pertanyaannya yang membuatku merasa terpojok.
“ Itu karena Mereka selalu bersama – sama akhir – akhir ini dan sikap Mereka tampak begitu mesra”Aku mendesah frustasi. Yoochun Oppa tertawa kecil mendengar jawabanku. Aku memandanginya heran.
“ Ji yeon-ah… Kalian ini lucu sekali! Kau dan Junsu terlihat amat lucu. Kalian hanya menyiksa diri sendiri” aku menatap Yoochun Oppa dengan pandangan ‘kenapa tertawa? Maksudnya apa?’ Yooochun Oppa tertawa lagi dan berkata “ Selesaikanlah urusan Kalian dan jangan sampai Kalian mengambil keputusan yang akan membuat Kalian menyesal” Yoochun Oppa berdiri dan mengacak – acak rambutku. Aku hanya bisa bengong mendengar pertanyaannya.
“ Hwaiting Ji Yeon-ah! Good luck!” Yoochun Oppa mengepalkan tangannya dan kemudian meninjukannya ke udara. Aku memandangi punggung Yoochun Oppa yang berjalan menjauh dengan tatapan yang benar – benar bingung. Maksudnya aapaaaa? Aku berteriak dalam hati. Huh! Aneh! Benar – benar aneh! Tak lama kemudian Aku bangkit dan mengikuti langkah Yoochun Oppa masuk ke dalam rumah. Aku ngantuk!hehehe

*****
Aku pulang sendirian lagi hari ini. Uh… Aku menyusuri lorong – lorong Sekolah yang telah sepi tanpa semangat. Aku berjalan menunduk tanpa memperhatikan sekelilingku. Aku berjalan terus hingga Aku berhenti saat sayup – sayup Aku mendengar suara dua orang yang sedang berbicara. Aku mengangkat wajahku dan melihat Ah Ra dan Junsu sedang berbicara serius. Mereka tak menyadari keberadaanku. Aku merasa berada di tempat dan waktu yang tidak tepat. Aku berbalik dan berjalan dengan cepat. Baru saja Aku berjalan beberapa langkah Aku telah mendengar Junsu memanggilku.
“ Ji Yeon-ah!” Aku terus berjalan dan tak memperdulikan panggilan Junsu. Aku mendengar suara langkah kaki yang mengikutiku dan suara Junsu yang terus memanggilku.aku tak memperdulikanya. Aku terus berjalan dan berjalan hingga ku rasakan tangan kanan Junsu menyambar tangan kiriku dengan kuat.aku meronta mencoba melepaskan tanganku dari cengkeraman tangan Junsu.
“ Lepaskan Junsu! Sakit!” aku merintih merasakan sakitnya tanganku di cengkeram begitu kuat oleh Junsu. Junsu menggelengkan kepalanya dan menatapku lekat – lekat. Aku tidak tahan di pandangi seperti itu. Aku menundukkan kepalaku. Wajahku terasa amat panas. Pipiku pasti merona amat merah sekarang ini. Huh…..
Junsu meraih daguku dengan tangan kirinya dan memaksaku untuk memandang wajahnya. Junsu memandangku dengan pandangan lembut. Aku takut melihat pandngan matanya. Aku takut! Aku takut tatapan matanya semakin membuatku bingung dengan pikiran – pikiranku selama ini. Apakah Aku mencintanya? Benarkah Aku mencintainya? Tapi…..mana mungkin? Junsu menatapku dan berkata dengan perlahan.
“ Ji Yeon-ah, Saranghaeyo, Jeongmal saranghaeyo” Aku tercengang! Aku bingung, terkejut dan…..heran.
“ Mana mungkin?” hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Aku masih shock.
“ Kenapa tidak?” Junsu melepaskan cengkeramannya pada tanganku dan dan tangan kirinya juga melepaskan daguku yang di peganginya sejak tadi.
“ Mana mungkin? Lalu bagaimana dengan Ah Ra?” Aku berkata dengan gelisah. Mataku melirik kesana kemari.
“ Apa maksudmu?” junsu bertanya denngan heran.
“ Kau dan Ah Ra. Kalian berpacaran bukan?” aku menatap Junsu dengan pandangan tak yakin.
“ Andwae... apa yang membuatmu berfikir seperti itu? Junsu memandangku dengan pandangan yang sulit di jelaskan. Heran, bingung, geli, bahagia atau…sedih?
“ Ehm….itu karena kalian terlihat begitu mesra,jadi…”
“ Jadi kau mengira Aku berpacaran dengan Ah Ra karena Kami tampak akrab?ne?” Junsu bertanya sambil tersenyum simpul. Aku merasa malu melihat Junsu tersenyum seperti itu. Aku mengangguk dan menundukkan kepalaku.aku maaluuuu…
“ Ji Yeon-ah,dengarlah…Aku dan Ah Ra hanya berteman. Tidak lebih. “ Junsu berkata dengan suara yang mantap.
Aku terkejut “lalu…lalu…” Aku tidak bisa menyelesaikan kata – kataku. Aku terlalu bingung.
“ Aku hanya berteman dengannya. Lalu kenapa selama ini Aku tampak begitu akrab dengannya? Itu semua karena Kau. Kau Ji Yeon.” Junsu mencolek ujung hidungku sambil tersenyum.
“ Aku? Bagaimana bisa?” Aku terheran – heran dengan semua hal yang baru saja Aku dengar.
“ Ya, Aku dan Ah Ra bersikap mesra untuk memancing sikapmu dan untuk mengetahui apa Kau juga mencintaiku. Dan ternyata…..” Junsu memandangku sambil tersenyum menggoda. Aigoo……kenapa aku deg – degan begini? “dan ternyata Kau mencintaiku. Ne?” iya kan?” Aku menunduk. Kurasakan pipiku benar – benar panas. Jantungku berdegup kencang. Junsu meraih daguku dan mengangkatnya membuatku menatap wajahnya.
“ Ji yeon-ah?katakanlah…” bisik Junsu di telingaku.
Aigoo…. Aku tak tahan lagi, Aku tak tahan menahan perasaanku ini. Pertahananku runtuh dan akhirnya Aku mengatakan semuanya.
“ Ne, Na do saranghaeyo. Na do jeongmal saranghaeyo Junsu-ah…jeongmal saranghaeyo..” Aku mengucapkannya begitu saja. Junsu tersenyum lembut dan membawaku ke dalam pelukannya. Kami berpelukan cukkup lama lalu junsu melepaskan pelukannya. Dia menatap wajahku lekat – lekat membutku malu. Benar – benar malu. Dia memajukan wajahnya mendekati wajahku. Jantungku berdegup kencang. Aku dapat merasakan jantungku berdetak dengan irama tak beraturan. Wajahku seperti mendidih.terasa amat panas. Kurasakan hembusan nafas Junsu hangat menggelitiki wajahku. Aku memejamkan mataku. Oh god…apakah seperti ini rasanya kisseu? Bibir Junsu telah berada di depan bibirku saat tiba- tiba jariku menempel di bibirnya. Aku membuka mataku dan menggeleng sambil tersenyum. Junsu pun tersenyum maklum dan kemudian meraih kepalaku dan mencium keningku dengan lembut. Amat lembut.

END

Huwaaaaaa….selese juga! pegelnya badanku. Reader ada yang mau mijitin aku? (reader: pasang wajah membunuh)…hehe…kalo gag mau jg gak apa – apa. ==a
Uwkey…akhirnya tamat juga ne FF, mian lo endingnya mengecewakan, author pusing bget bkin ending neh FF (reader: lo pusing,ngapain dibikin?)
Author ngucapin banyak makasih ma yg dah mau baca ne FF, pliiis commentnya yah? hehe

Moga ketemu di FF yang laennya (kalo ada) …